Haedar Nashir: Moderasi Adalah Kunci Lawan Radikalisme dan Ekstrimisme
YOGYA - Saat ini, program deradikalisasi di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia menjadi proyek ambisius dan diminati. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, berpendapat bahwa radikalisme dan ekstremisme sebaiknya tidak dihadapi dengan cara yang serupa, karena dapat menimbulkan bentuk radikalisme dan ekstremisme baru.
Haedar menyatakan demikian pada acara Seminar Kebangsaan dan Launching Buku yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Djazman Al-Kindi bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD IMM DIY) di Gedung DPD RI DIY pada Selasa (5/12).
Haedar Nashir meyakini bahwa radikalisme dapat diberhentikan melalui pendekatan moderasi, sesuai dengan sejarah Indonesia ketika Pancasila diakui sebagai dasar negara. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Bung Hatta, Soepomo, Ki Bagus Hadikusumo, dan aliran pemikiran lainnya berdiskusi untuk membentuk dasar negara yang moderat.
“Pancasila sebagai dasar negara adalah hasil kesepakatan yang moderat,” kata Haedar, dilansir dari muhammadiyah.or.id. Dia menjelaskan bahwa di balik nilai Pancasila, terdapat karakter dan kepribadian bangsa yang khas, yang berinteraksi dinamis dengan bangsa-bangsa lain dalam hukum universalitas dunia.
Meskipun terdapat dinamika menarik dalam perjalanan ini, seperti kelompok Islam yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dan kalangan nasionalis dengan ciri khas chauvinistik, pemimpin bangsa berhasil mencapai kompromi. Haedar menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila mencerminkan karakteristik dan kepribadian bangsa yang khas serta berinteraksi secara dinamis dengan bangsa-bangsa lain dalam hukum universalitas dunia.
Haedar Nashir menekankan bahwa setelah reformasi tahun 1998, Indonesia menyaksikan pertarungan ideologi yang mencerminkan pembukaan era informasi. Dari ultra-nasionalisme hingga radikalisme berbasis agama, ideologi bertabrakan secara keras. Dalam menanggapi situasi ini, Haedar menyarankan pendekatan moderasi sebagai solusi yang tepat.
“Pendekatan moderasi sangat penting untuk merespon benturan ideologi ini,” ujar Haedar. Dia berharap bahwa melalui pendekatan ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan radikalisme dan ekstremisme sambil memelihara semangat kesepakatan dan persatuan di tengah perbedaan.
Haedar menegaskan bahwa pendekatan moderasi bukan hanya solusi untuk menanggulangi radikalisme, tetapi juga menjadi kebutuhan untuk membimbing Indonesia ke masa depan sesuai dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan. Ini sejalan dengan nilai-nilai Pembukaan UUD 1945 dan semangat para pendiri bangsa.
Lebih lanjut, Haedar menyoroti perlunya melepaskan Indonesia dari berbagai bentuk radikalisme, termasuk ekstremisme liberalisasi dan sekularisasi, serta ortodoksi dalam politik, ekonomi, budaya, dan agama. Menurutnya, fenomena ini dapat menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderat yang otentik di Indonesia.
Haedar Nashir berharap bahwa dengan pendekatan moderasi ini, Indonesia dapat membangun masa depan yang stabil, damai, dan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa. Dengan menghormati semangat kemerdekaan dan keindonesiaan, Indonesia dapat menjaga harmoni dalam keberagaman dan tetap menjadi negara yang didasarkan pada toleransi dan persatuan.
Wartawan: Fatan Asshidqi
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow